Aku
Ingin Hidup
Haah… hari ini aku memulai hidup baru di dalam
sebuah ruangan kecil seperti bola, gelap, sunyi, tapi kenyamanannya bak Surga
Firdaus, Wuih..
Kata periku dulu, tempat ini namanya rahim. Entah apa itu rahim,
aku juga sulit memahaminya. Tapi disini begitu damai. Aku berenang-renang
dengan puasku, berteman dengan bantal empuk, makan tanpa harus menyuap,
berjalan tak harus melangkah. Meski ruangan kecil (seperti bola) ini gelap,
tapi ketenangan batin yang kurasa tak kunjung padam. Ini indah! Ini hebat! Ya!
Ya! Ini begitu hebat! Aku sukaa!
Semakin hari aku
terus berkembang. Tanganku terbentuk, kakiku sudah bisa bergoyang, menendang-nendang,
aku merasa akan hidup! Terkadang aku mendengar percakapan orang-orang di luar
ruangan ini, menyebut indahnya dunia. Aku penasaran, apa itu dunia? Bagaimana
indahnya? Disini saja aku sudah merasa indah sekali…… apakah lebih indah?
Ibu. Panggilan itu
yang sangat aku kenal. Periku dulu yang mengenalkannya padaku. Sosok pengganti
malaikat-malaikat, begitu katanya. Hemm… Begitu cintanya aku pada wanita ini.
Tak sabar rasanya aku ingin melihat wajah ibu. Pasti ibuku sangat cantik! ;)
Walaupun indah,
tapi lama kelamaan aku bosan di dalam sini, aku selalu dibuat penasaran dengan
namanya dunia. Kabar gembira yang aku tahu, bahwa tidak lama lagi aku akan
melihatnya. Melihat dunia dan melihat ibu yang kucinta.
Oh iya, periku
juga pernah bercerita tentang ayah. “Beliau adalah pria yang sangat mencintai
kamu”, begitu kata ibu peri. Aaah…. aku tambah tidak sabar untuk keluar dari
ruangan ini dan melihat semuanya. Semua yang dikatakan periku dulu.
Hey coba dengar,
seseorang di luar sana sedang berteriak..
“ Gugurkan anak itu! Itu bukan anakku! Dia anak haram!”
“Tapi kamu harus menerima kenyataan, bahwa ini anakmu! Kau harus
bertanggung jawab!”
“ Tidak bisa begitu! Kau ini seorang pelacur! Belum tentu ini
anakku! Banyak laki-laki yang sudah menodaimu! Bukan aku saja!”
“ Sialan kauu!!!!” *Plak!*
“Kurang ajar, beraninya kau menamparku!” .......
Hey itu apa? Siapa
yang anak haram? Apa itu anak haram? Apakah itu aku? Apakah yang berbicara itu
ibuku? Atau ayahku? Apa cintaku bertepuk sebelah tangan? Apa hanya aku yang
mencintai Ayah dan Ibu? Apa mereka berharap akan kehadiranku? Ahh sepertinya
bukan pertanyaan bermutu untuk dilanjutkan. Mereka pasti sangat-sangat
mencintai aku.
***
Hay Tuhan, hari
ini aku kembali lagi ke SurgaMu, Ibu dan Ayah tidak mengizinkan aku melihat
dunia, mungkin karena dunia terlalu kejam. Tetapi kenapa dulu mereka suka
bilang dunia indah ya? Ah orang di dunia memang suka munafik. Lihat saja aku,
aku ini baru calon penghuni dunia lho, tapi aku sudah belajar munafik. Tuhan,
sejujurnya aku ingin hidup! Tapi aku me-munafikkan diri di hadapanMu dalam
doa’aku:
“Bila memang
hidupku membawa kesusahan bagi ayah dan ibu, maka panggillah aku.”
Terimakasih Tuhan,
caramu memang sempurna. Akhirnya ibu menusakkan pisau ke perutnya, sehingga aku
dan ibu berkumpul di sisiMu, dalam surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar