Minggu, 30 Maret 2014

Liarnya Khayalan (y)

Aku Ingin Hidup
            Haah…  hari ini aku memulai hidup baru di dalam sebuah ruangan kecil seperti bola, gelap, sunyi, tapi kenyamanannya bak Surga Firdaus, Wuih..
Kata periku dulu, tempat ini namanya rahim. Entah apa itu rahim, aku juga sulit memahaminya. Tapi disini begitu damai. Aku berenang-renang dengan puasku, berteman dengan bantal empuk, makan tanpa harus menyuap, berjalan tak harus melangkah. Meski ruangan kecil (seperti bola) ini gelap, tapi ketenangan batin yang kurasa tak kunjung padam. Ini indah! Ini hebat! Ya! Ya! Ini begitu hebat! Aku sukaa!
            Semakin hari aku terus berkembang. Tanganku terbentuk, kakiku sudah bisa bergoyang, menendang-nendang, aku merasa akan hidup! Terkadang aku mendengar percakapan orang-orang di luar ruangan ini, menyebut indahnya dunia. Aku penasaran, apa itu dunia? Bagaimana indahnya? Disini saja aku sudah merasa indah sekali…… apakah lebih indah?
            Ibu. Panggilan itu yang sangat aku kenal. Periku dulu yang mengenalkannya padaku. Sosok pengganti malaikat-malaikat, begitu katanya. Hemm… Begitu cintanya aku pada wanita ini. Tak sabar rasanya aku ingin melihat wajah ibu. Pasti ibuku sangat cantik! ;)
            Walaupun indah, tapi lama kelamaan aku bosan di dalam sini, aku selalu dibuat penasaran dengan namanya dunia. Kabar gembira yang aku tahu, bahwa tidak lama lagi aku akan melihatnya. Melihat dunia dan melihat ibu yang kucinta.
            Oh iya, periku juga pernah bercerita tentang ayah. “Beliau adalah pria yang sangat mencintai kamu”, begitu kata ibu peri. Aaah…. aku tambah tidak sabar untuk keluar dari ruangan ini dan melihat semuanya. Semua yang dikatakan periku dulu.
            Hey coba dengar, seseorang di luar sana sedang berteriak..
“ Gugurkan anak itu! Itu bukan anakku! Dia anak haram!”
“Tapi kamu harus menerima kenyataan, bahwa ini anakmu! Kau harus bertanggung jawab!”
“ Tidak bisa begitu! Kau ini seorang pelacur! Belum tentu ini anakku! Banyak laki-laki yang sudah menodaimu! Bukan aku saja!”
“ Sialan kauu!!!!” *Plak!*
“Kurang ajar, beraninya kau menamparku!” .......
            Hey itu apa? Siapa yang anak haram? Apa itu anak haram? Apakah itu aku? Apakah yang berbicara itu ibuku? Atau ayahku? Apa cintaku bertepuk sebelah tangan? Apa hanya aku yang mencintai Ayah dan Ibu? Apa mereka berharap akan kehadiranku? Ahh sepertinya bukan pertanyaan bermutu untuk dilanjutkan. Mereka pasti sangat-sangat mencintai aku.
***
            Hay Tuhan, hari ini aku kembali lagi ke SurgaMu, Ibu dan Ayah tidak mengizinkan aku melihat dunia, mungkin karena dunia terlalu kejam. Tetapi kenapa dulu mereka suka bilang dunia indah ya? Ah orang di dunia memang suka munafik. Lihat saja aku, aku ini baru calon penghuni dunia lho, tapi aku sudah belajar munafik. Tuhan, sejujurnya aku ingin hidup! Tapi aku me-munafikkan diri di hadapanMu dalam doa’aku:
            “Bila memang hidupku membawa kesusahan bagi ayah dan ibu, maka panggillah aku.”

            Terimakasih Tuhan, caramu memang sempurna. Akhirnya ibu menusakkan pisau ke perutnya, sehingga aku dan ibu berkumpul di sisiMu, dalam surga.