Cuap Cuap EMHAPEYE
Blog ini debut hanya untuk mengisi kegabutan semata. Semoga bisa menghibur para pembaca juga ya. Enjooooy~
Sabtu, 14 Mei 2016
Sabtu, 10 Oktober 2015
Kado Allah
"Kepergian dalam ingatan"
Tersebut sebuah kisah
Seutas masa lintasan sejarah
Secarik rindu mengenang sekolah
Menerawang, menela'ah kata 'pisah'
Tersebutlah rindu dalam kalbu
Seutas kata, aku ingin mengadu
Secarik perjuangan yang telah berlalu
Menerawang, membayang teka-teki dalam tiga hari
Ah, aku pikir ini terlalu lugu
Tersebutlah malaikat kecil
Seutas cahaya menghalau langkah
Secarik api membara, bangkitkan kembali!
Lalu memulai dengan berani
Menerawang, bertanya tentang kesempatan menang
Dan menantang zaman dalam butir rahasia,
masa depan
Kita tetap melaju
Pada mimipi yang melambai indah
Walau sudah beda langkah
Walau sudah beda arah
Berjanjilah! Kenang pelangi yang kita pahat bersama
Dengan megah
Kepada sekolah
Kepada gedung ini
Kutitipkan bingkaian mimpi,
Aku pergi...
Jum'at, 15 Mei 2015
Metti Herliani Putri
Dichtung
“Gebet”
Durch
meine Herz
Ich
möchte über Sie berichten
Raise
entlang nach Himmel
Für
Sie, ohne vermitter, ich berichten, immer berichten über Sie,
Gott..
Minggu, 30 Maret 2014
Liarnya Khayalan (y)
Aku
Ingin Hidup
Haah… hari ini aku memulai hidup baru di dalam
sebuah ruangan kecil seperti bola, gelap, sunyi, tapi kenyamanannya bak Surga
Firdaus, Wuih..
Kata periku dulu, tempat ini namanya rahim. Entah apa itu rahim,
aku juga sulit memahaminya. Tapi disini begitu damai. Aku berenang-renang
dengan puasku, berteman dengan bantal empuk, makan tanpa harus menyuap,
berjalan tak harus melangkah. Meski ruangan kecil (seperti bola) ini gelap,
tapi ketenangan batin yang kurasa tak kunjung padam. Ini indah! Ini hebat! Ya!
Ya! Ini begitu hebat! Aku sukaa!
Semakin hari aku
terus berkembang. Tanganku terbentuk, kakiku sudah bisa bergoyang, menendang-nendang,
aku merasa akan hidup! Terkadang aku mendengar percakapan orang-orang di luar
ruangan ini, menyebut indahnya dunia. Aku penasaran, apa itu dunia? Bagaimana
indahnya? Disini saja aku sudah merasa indah sekali…… apakah lebih indah?
Ibu. Panggilan itu
yang sangat aku kenal. Periku dulu yang mengenalkannya padaku. Sosok pengganti
malaikat-malaikat, begitu katanya. Hemm… Begitu cintanya aku pada wanita ini.
Tak sabar rasanya aku ingin melihat wajah ibu. Pasti ibuku sangat cantik! ;)
Walaupun indah,
tapi lama kelamaan aku bosan di dalam sini, aku selalu dibuat penasaran dengan
namanya dunia. Kabar gembira yang aku tahu, bahwa tidak lama lagi aku akan
melihatnya. Melihat dunia dan melihat ibu yang kucinta.
Oh iya, periku
juga pernah bercerita tentang ayah. “Beliau adalah pria yang sangat mencintai
kamu”, begitu kata ibu peri. Aaah…. aku tambah tidak sabar untuk keluar dari
ruangan ini dan melihat semuanya. Semua yang dikatakan periku dulu.
Hey coba dengar,
seseorang di luar sana sedang berteriak..
“ Gugurkan anak itu! Itu bukan anakku! Dia anak haram!”
“Tapi kamu harus menerima kenyataan, bahwa ini anakmu! Kau harus
bertanggung jawab!”
“ Tidak bisa begitu! Kau ini seorang pelacur! Belum tentu ini
anakku! Banyak laki-laki yang sudah menodaimu! Bukan aku saja!”
“ Sialan kauu!!!!” *Plak!*
“Kurang ajar, beraninya kau menamparku!” .......
Hey itu apa? Siapa
yang anak haram? Apa itu anak haram? Apakah itu aku? Apakah yang berbicara itu
ibuku? Atau ayahku? Apa cintaku bertepuk sebelah tangan? Apa hanya aku yang
mencintai Ayah dan Ibu? Apa mereka berharap akan kehadiranku? Ahh sepertinya
bukan pertanyaan bermutu untuk dilanjutkan. Mereka pasti sangat-sangat
mencintai aku.
***
Hay Tuhan, hari
ini aku kembali lagi ke SurgaMu, Ibu dan Ayah tidak mengizinkan aku melihat
dunia, mungkin karena dunia terlalu kejam. Tetapi kenapa dulu mereka suka
bilang dunia indah ya? Ah orang di dunia memang suka munafik. Lihat saja aku,
aku ini baru calon penghuni dunia lho, tapi aku sudah belajar munafik. Tuhan,
sejujurnya aku ingin hidup! Tapi aku me-munafikkan diri di hadapanMu dalam
doa’aku:
“Bila memang
hidupku membawa kesusahan bagi ayah dan ibu, maka panggillah aku.”
Terimakasih Tuhan,
caramu memang sempurna. Akhirnya ibu menusakkan pisau ke perutnya, sehingga aku
dan ibu berkumpul di sisiMu, dalam surga.
Jumat, 06 Desember 2013
“Hal pertama yang selalu membuatku
semangat saat berangkat sekolah ialah teman sebangkuku”.
Hai teman, sekarang aku bicara tentangmu,
meskipun engkau sudah pergi dari kami. Pendeskripsian akan dirimu mungkinlah
berbeda dari versiku dan versi teman SMPmu. Karna kita hanya 1 SD dan tak
bersatu saat SMP. Aku mulai mengenalmu, dimulai sejak saat itu kau menjadi
teman sebangku-ku kelas 2 di bangku Sekolah Dasar. Sekarang harusnya kita
sama-sama merasakan masa-masa SMA.
Surat kecil yang tak berarti ini
mungkin dapat meleburkan kerinduanku akan dirimu disana. Aku begitu
merindukanmu taman, entah bagaimana harusku gambarkannya.
3 tahun aku di negri orang, terpisah
dari kalian, dari ledek canda jenakamu, dari tingkah anehmu, dari segala hal yg
kau lakukan dan kurasa lucu, dari semua cetusanmu, dan dari senyummu. Ntahlah, malam
ini aku begitu rindu akan dirimu, maka blog-kulah yang menjadi sasarannya. Aku ingin
dunia tahu, bahwa kau bahagia disana, agar mereka selalu mendoakanmu abadi
dalam kebahagian itu.
Begitu inginnya
aku menemui jasadmu pagi itu, aku ingin lari pergi kerumahmu Dan keinginan itu,
lebur bersama derai air mata dalam ujian sekolahku., jarak dan waktu tak
mengizinkanku mengantarmu kembali ke “rumah”mu. Teman ketahuilah bahwa jauh
sebelum hari itu aku ingin mengatakan bahwa kau harus sembuh dari penyakitmu,
jangan tinggalkan kami! Kau harus bertahan demi kami! Kita harus bertemu
setelah 3 tahun lalu
Haruskah ini
terucap disamping batu nisanmu kawan?
Abil Tegar Prasetyo {}
Kamis, 14 November 2013
nge-Fiksi yuk! ;)
~Cinta Datang Terlambat~
Sendirian di dalam kelas itu memang membosankan, tapi tidak jika
sudah menjadi kebiasaan. “Alah bisa karena biasa” gitu sih kata pepatah.
Selesai nonton bareng satu sekolah ternyata lelah juga, bukan lelah karena
nontonnya, tapi lelah karena asyiknya ngumpul bareng teman. Mungkin itu
sebabnya aku sendirian di dalam kelas ini, semua sudah kelelahan dan beristirahat
di dalam kamar masing-masing. Kebetulan kami ini anak asrama, anak Boarding
School tepatnya.
Aku? Haha terkadang memang ada masanya ketika seseorang
menginginkan kesendirian. Untuk saat ini, aku ingin menyendiri terlebih dahulu,
mengingat kasus yang sedang berusaha aku selesaikan. Aku menyukai teman
sebayaku sendiri! Menurutku ini kasus. Kasus yang harus segera diselesaikan.
Soalnya, selalau mengganggu ketenangan pribadiku. Melihatnya, suaranya, dan
panggilan khasnya kepadaku itu sering membuat cabang pikiranku bertambah, ya,
memikirkannya.
Baru saja berniat untuk menyelesaikannya, tiba-tiba di pintu
kelasku berdiri seorang laki-laki yang mempunyai panggilan khas kepadaku itu, “
Dis, bisa bicara sebentar? “. Ya, dia memanggilku “Didis”. Sebenernya itu
panggilan khusus untuk keluargaku saja, menurutku itu adalah panggilan sayang, soalnya
dari nama asliku saja tak tersenggol sedikitpun kata “Didis” tersebut. “Mahelik
Putri” itu namaku, dan teman-temanku yang lain biasa menyapaku dengan “Elik”,
dan menurut lelaki itu “Didis itu
panggilan sayang, yang sayang berarti memanggilmu Didis.” Entah apalah
maksudnya.
“ Sok, silahkan masuk aja, masa nangkring di pintu gitu?” jawabku
santai, tapi jujur jantungku makin lama makin kencang degupnya. Dan bodohnya
aku sangat terlihat terbata-bata saat menjawab setiap pertanyaannya. Sebenernya
tak banyak yang dibicarakan, ia hanya bertanya “Seandainya aku ingin menjagamu
tapi tidak menjadi pacarmu, kau bisa terima?” dengan nada datarnya, pertanyaan
itu melontar seperti tak bersalah. “Apa aku punya alasan yang akurat untuk
menolak? Tawaran bagus, lalu apa statusmu bagiku?” jawabku. “Kau bisa panggil
aku Kadan, aku mau menjagamu seperti aku menjaga adikku sendiri.” Jawab
Muhammad Dani.
Sebenarnya aku kecewa, tapi yasudahlah. Akhirnya aku mengikuti
akadnya saja, menjadi adik mungkin itu lebih baik. Sekedar adik, tak akan
lebih, dan jangan pernah kepedean jika diperlakukan lebih, karena aku hanya
adik, hanya adik.
Benar ternyata, aku merasa seperti ada kakak, bukan pacar atau
teman istimewa, dia begitu memerankan apa yang ia katakan. Mungkin sebelumnya
dia sudah tahu apa yang aku rasakan, dan untuk menutupi rasaku itu mungkin saja
dia berinisiatif bertindak sebelum aku yang menjauh. Kalau orang “cinta
ditolak, dukun bertindak”, tapi untukku “kau tak peka, maka kita berbeda”,
berbeda berarti tak sama, sudah tahu tak sama ngapain harus bersama? Nah satu
hal lagi yang aku suka dari Dani, eh maksudku Kadan adalah dia selalu peka
dengan gerak-gerikku.
***
Sudah hampir satu tahun kakak-adik ini berjalan. Akupun tak pernah
menempatkan diri sebagai hal istimewa dihadapannya, tingkahku seperti biasa,
bahkan beberapa aibku sudah diketahuinya. Contoh, di hari libur terkadang aku
mengharamkan air untuk mandi haha, malas sekali rasanya. Seingatku kami memulai
semuanya itu bulan Juli tahun 1996, sekarang sudah Juni 1997. Sekarang Juni?
Okedeh, itu tandanya ulang tahun dan perpisahan serta kelulusan sekolahpun
tinggal menghitung hari. Terhitung dari sekarang, ulang tahunku 10 hari lagi,
dan perpisahan sekolah 15 hari lagi.
Dari dua bulan yang lalu, teman-temanku yang lain selalu mengejek-ejek
aku dan Kadan, meski terkadang aku ataupun Kadan memang sering salah
tingkah saat di cie-ciekan. Tapi kami anggap itu semua hanya humor saja,
toh aku juga tak yakin Kadan menyukaiku lebih dari adik.
Tiba-tiba saja sms Kadan muncul di layar HP-ku, “darimana Kadan
bisa sms? Bukannya HP dikumpulin di Boarding?” tanyaku dalam hati dan langsung
ku ketik di HP lalu dikirim ke Kadan. Oh, ternyata Kadan pulang ke pulaunya,
Sulawesi. Disini, di kota Parahyangan yang ramai ini, aku merasa menjadi sepi
sekali. UAS sudah, Ujian Praktik sudah, UN-pun juga sudah, jadi untuk apalagi
diam di Boarding ini? Mending pulangkan?. Tindakan Kadan emang tepat. Tapi ntah
kenapa aku malas sekali pulang, rumahku jauh soalnya, di daerah Cicaheum haha,
sebenernya hanya se-jengkal sih dari Boarding.
“Dis, sepertinya saya sudah tidak bisa lagi jadi kakak kamu deh..”
tiba-tiba aku terdiam oleh sms Kadan .
“ Kenapa kak? Gara-gara kita bakalan jauh ya nantinya? “ Tanyaku.
“ Mungkin itu faktor lainnya..” jawab Kadan
“ Jadi faktor utamanya apa? Kadan udah punya pacar ya? Jadi takut
sama pacarnya?”
“ Tidak.. tidak.. tidak sama sekali. Aku saat ini sedang tidak
menyukai siapa-siapa! Tenang sajaa..”
Aku bingung, kenapa Kadan begitu histerisnya saat ku ungkit masalah
pacar.
“ Lalu apa alasan utamanya, Kadan?” tanyaku lagi.
“ Kau pernah dengar tentang perkataan teman kelas kita beberapa bulan
yang lalu? Aku harap kau paham maksudku ini. Aku tak ingin lagi menjadi
kakakmu, karna aku menyayangimu lebih dari sekedar adik. Sebentar lagi HP-mu
akan dikumpulkan, waktu penggunaan HP akan segera habis. Segeralah jawab!
Menurutmu, apakah pantas aku berbicara seperti ini? Apa sama yang kita rasakan
sekarang?”. Tak tahu harus berkata apa, tapi yang pasti aku harus jujur.
“Makasih Kadan buat semua pengakuannya, tapi jujur untuk H-15
perpisahan kita ini, sampai sekarang aku masih menganggapmu seperti kakakku”
jawabku sekaligus menutup smsan kami pada sore itu, soalnya Ibu Boarding sudah
teriak-teriak agar HP segera dikumpulkan kembali kepada Boarding.
Hari-hari terus berjalan. Hingga H-7 kelulusan, kuputuskan untuk
pulang saja, bosan juga ternyata. Anehnya, selama diperjalanan pulang itu,
smsan aku dan Kadan yang terakhir kemarin berulang kali kubaca. “Aku rindu kak”
tiba-tiba saja hatiku bicara. Nah, mulai dari sanalah aku merasa ada yang
berbeda dengan diriku ini.
H-5 kelulusan. Itu artinya hari ini adalah hari ulang tahunku.
Sedikit beraninya ku balas sms Kadan dengan pertanyaan semacam ini, “ Kak, aku
mau ngungkit pembicaraan kita 10 hari yang lalu. Seandainya hari ini, di hari
ulang tahunku ini, aku putuskan bahwa kita punya rasa yang sama, bagaimana kak?
Apa ini telat bagiku?” haduuh.. jariku gemetaran. “Tak ada kata terlambat,
meski 5 hari lagi kita akan terpisah. Kau akan melanjutkan sekolahmu di Bandung
itu dan aku harus kembali ke Sulawesi..” jawab Kadan. Meski aku tahu, ini
sangat terlambat.
***
Kabar kepulangan Kadan sudah sampai ke telingaku. Kadan baru sampai
tadi malam. Aku sudah 2 hari di Boarding. kembali lagi untuk mempersiapkan diri
atas hari esok yang dinanti-nanti. Kelulusan lalu perpisahan.
Ini adalah hari H-nya. Ijazah dan semua berkasku sudah ada
ditangan. Semua koper dan tas jinjingku sudah siap, tinggal diangkut
lalu dimasukkan mobil dan berangkat. Tapi sebelum semua itu terjadi, aku harus
menemui Kadan terlebih dahulu, harus! Sedih rasanya harus mengetahui bahwa Kadan
harus kembali ke Sulawesi. Mungkin hari ini adalah hari terakhir untukku dan
Kadan bertemu, entah kapan lagi bisa seperti dulu.
“Kadaaannn…!!” aku berlari dan kakiku terhenti di jarak
sekitar satu meter di hadapan Kadan.
“
Didis, ini buatmu, di jaga baik-baik. Maafkan Kadan hanya bisa berikan ini.
Didis jaga diri juga jaga hati.” Sambil mengulurkan tangannya yang berisi peci.
Kadan menyerahkan peci kesayangannya kepadaku, meski sedikit lusuh, tapi inilah
Kadan, terkenal dengan pecinya yang rutin dipakai kemana-mana. Dia lelaki yang
shaleh, menurutku dan menurut semua orang di Boarding. Air mataku tak
terbendung, mengalir terus. Tapi tak ku beranikan untuk memamerkan padanya.
Tak lama barulah kuangkat kepalaku
untuk melihat orang yang kusayangi pergi masuk ke mobil hitam itu. Ia pergi bersama semua bayang serta lambaian
tangannya. Yang tertinggal hanya semua
kenanganku bersamanya.
“Kadan… tak akan ada yang
menggantikanmu, aku menjamin itu” Mahelik Putri.
Sesampainya di rumah, aku
mencoba memakai peci Kadan. Tiba-tiba saja secarik kertas terjatuh dari dalam
peci tersebut. “ Kepada adikku, Mahelik Putri. Aku ada dalam prasangkamu,
jangan takut. Jangan khawatir bila jarak memisahkan kita. Dan dengan surat ini,
aku memutuskan untuk menghentikan komunikasi kita, sampai takdir Tuhan
mempertemukan kita kembali, dalam kesuksesan masing-masing tentunya. Mahelik
Putri, aku mohon, jaga hatimu dan jangan terlalu meikirkanku.” Lewat suratnya,
Kadan membuat air mata ini tambah tidak terbendung. Aku ingin penjelasan Kadan!
Apa maksudnya menghentikan komunikasi? Aku harus menghubungi Kadan! Harus.
“kosong lapan lima tujuh dua puluh tujuh empat tiga tujuh dua lima”
ucapku sambil memencet tombol handphone.
Dari ujung sana, aku mendapat jawaban “Maaf nomor yang anda tuju
sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan..”
Selasa, 27 Agustus 2013
Jadi, jangan Suudzon Dulu Yaaa ;)
Terkadang ketika hal yang kita minta kepada Allah tidak dikabulkan, seringkali kita merasa bahwa Allah sudah tidak peduli lagi terhadap diri ini. Memang sulit dipungkiri, rasa kecewa itu pasti ada, meski dengan sangat hati-hati kita telah menutupinya. Tidak sedikit orang yang berputus asa, ketika segala cara (ikhtiar) telah mereka lakukan, lalu mereka bertawakkal, tapi hasil yang didapat jauh dari target yang telah ditetapkan. But, there is one thing you must belive that Janji Allah Itu Pasti Ada. "Belum tentu hal yang baik menurutmu adalah baik untukmu, tetapi belum tentu juga hal yang buruk menurutmu adalah buruk bagimu" kurang lebih ini adalah terjemahan dari sepenggal ayat Al-Qur'an, surat cinta Allah kepada hambaNya.
Sebenernya apa yang mau saya bicarakan sekarang adalah pengalaman kekecewaan saya terhadap Dia. ini FAKTA! Sebelum UN SMP bulan april lalu, saya selalu bangun untuk menangis didalam tahajjud agar Allah memberikan nem di atas 36,00 kepada saya. Maksud saya, agar rata-rata nilainya bisa 9komasekian. Setiap malam selalu saya kerjakan! tidak ketinggalan semangatnya saya mondar-mandir kantor untuk melihat nilai yang kalau-kalau ada yang harus diperbaiki. Saya tahu bahwa SMA nanti, saya sudah pasti masuk ke Negri, jadi yaaa nem sangat diperlukan dalam proses ini, agar saya dapat meraih SMA terbaik yang ada di Bengkulu (oiya, SMA ini saya disuruh orang tua pulang ke Bengkulu, ceritanya balik kampung halaman -_-).
UN selesai, tinggal menunggu hasilnya. Saat itu, begitu optimisnya saya bahwa Allah akan memberikan nilai terbaik yang sudah saya diskusikan selama tahajjud kepadaNya. Al hasil, saya hanya bisa tersenyum dan tetap ber-Alhamdulillah meski nilai yang saya terima dibawah itu semua. 35,20. Alhamdulillah masih besar, tetapi karna saya dari luar kota (ditinjau dari bengkulu, kan saya awalnya dari bandung) akhirnya saat melamar di SMA-SMA yang ada di kota Bengkulu, nem saya dikurangi 2,50. Jadi, total akhir nem saya itu 32,7.
Tahun ini penerimaan siswa/i SMA di Bengkulu melalui sistem dinas. Bingung ya? jadi gini, setiap yang mau daftar SMA bisa langsung melalui nem tanpa test. Mendaftarnya juga bukan disekolah yang kita mau, tapi langsung ke dinas setempat, melalui online. Dan di online itu ada pilihan sekolah yang kita minati. Minimal 3 sekolah bisa kita pilih. Semua sekolah yang ada di kota bengkulu sudah di data dan diurutkan sesuai dengan kualitas dan kwantitasnya. Katakanlan SMA A berada di poling ter-atas dan SMA B berada tepat dibawahnya. Dari sejak lama sebelum kelulusan, saya sudah sepakat dengan diri saya agar bisa masuk SMA A, meski saya tahu SMA A dan B tidak jauh berbeda kualitasnya.
Mendaftar sudah, meninggalkan bandungpun sudah terlaksana sebelum mendaftar. Sedih gak? sangat! tapi, sungguh tak ada arti kesedihan meninggalkan Bandung dibanding harus menolak keinginan orang tua :) balik lagi ke awal, ikhtiar udah, tawakkal apalagi, beuh pasrah banget malah. Memohon agar masuk ke SMA A udah tunggang tunggit saya lakukan. Alhamdulillah nem terkecil yang diterima di SMA A adalah 32,8, NYARIS! o,1 selisih dari nilai saya yang sudah dikurangi. Nah, disini saya merasa bahwa mungkin saya melakukan kesalahan sehingga membuat Allah cuek terhadap doa-doa saya. PDKT saya lakukan kembali, berusaha menyalahkan diri agar Allah tak bersalah, itu adalah secuil prinsip hidup yang pernah saya terima saat masih di Daarul Qur'an Bandung. Tapi syukurlah, kepala sekolah SMA A sudah melihat hasil nim murni saya tanpa dikurangi 2,50 tadi. Saya ditawarkan masuk ke SMA A di semester 2 tahun ini (2013-2014) dengan syarat saya harus mengikuti pelajaran selama 1 semester di SMA B. Saya terima!
Kurikulum 2013 membawa kami para siswa SMA untuk melakukan penjurusan di awal tahun kelas 10. SMA saya (SMA B) waktu itu memiliki kapasitas 5 kelas IPA dan 3 Kelas IPS dan 1 kelas Bahasa. Kelas Bahasa akhirnya ditutup, karna dari 200 orang lebih yang minat di bahasa hanya 2 orang saja. Jadi tinggallah 5 kelas IPA dan 4 Kelas IPS. Hasil dari voting kelaspun tak seimbang, harusnya 60% IPA dan 40% IPS tapiiii ini malah 85% IPA dan IPSnya hanya 15%. Maka dari itu dilakukanlah test tulis secara serentak untuk jurusan IPA. Sambil menunggu hasil takdir saya dikelas mana, saya putuskan untuk bersantai bareng teman-teman baru saya :D Selang beberapa hari, pengumuman kelaspun keluar, dapet kabar dari temen bahwasanya saya masuk IPA A, alhamdulillah :) tapiii tidak lama setelah itu teman saya memberi tahu bahwa saya dipanggil oleh TU. " Perasaan saya baru masuk deh, masa langsung nunggak uang bayaran sekolah?" berbagaimacam pikiran dan ketakutan memanggil nama saya-_- maklum lah, anak baru belum sempet belajar eh udah dipanggil TU-_- ini sedikit dialog saya dan bapak TU yang memanggil saya:
Saya : " Ada apa pak? "
Bapak : " Nomor Ayah berapa "
Saya : " 0853xxxxxxx " cemas, kok malah minta nomer papa saya-_-
Bapak : " Nomor ibuknya berapa "
Saya : " 0852xxxxxx . Untuk apa pak? " tambah cemas-_-
Bapak : " Jawab saja! Nomor kamu berapa? "
Saya : " 0853xxxxx" sayapun terdiam.
Bapak : " Nak, mau masuk akselerasi? kelas aksel kekurangan 2 orang siswa, mangkanya kami ambil dari test penjurusan reguler ini. Nilaimu tertinggi! "
Saya : (terdiam dan tidak percaya. maklumlah saya ini keluaran pesantren, yang dari SMP Negri saja belum tentu bisa jebol test aksel.)" gabisa jawab pak, harus tanya mama dulu "
Singkat cerita mama mengizinkan. Dan saya urung pindah ke SMA A. karena meski SMA A berada di poling ter-atas se-kota bengkulu, tapi yang hanya mempunyai akselerasi cuma SMA B!
Disini saya tdak bermaksud untuk menyombongkan diri. Tapi apabila kita sadari teman-teman, seandainya nim saya saat itu benar menjadi 36,00 dan saat dikurangi 2,50 masih menjadi 33,50 dan saya akhirnya masuk ke SMA A, kesempatan untuk akselerasi itu jauuh ada dipegangan saya. Lumayan kan hemat setahun.
Baru saya sadari, INI JANJI TUHAN! dulu SMP saya meminta masuk akselerasi tapi saya tinggalkan demi Pesantren Daarul Qur'an Bandung, dan sekarang semuanya terealisasikan, ALHAMDULILLAH!
Percayalah para pembaca yang budiman, Janji Allah itu ADA! :-
Langganan:
Postingan (Atom)